Dec 25, 2018

Antara Potret Pesona Angkasa dan Turbulensi Pesawat Terbang

Membingkai langit biru dan segala pesona di angkasa, adalah kebiasaan saya ketika sedang menjadi penumpang pesawat. Mengabadikan pemandangan dari balik jendela pesawat, dengan keindahan yang berbeda-beda di setiap meter jarak yang dilalui pesawat. Karenanya, jika memungkinkan, saya selalu memilih untuk duduk di dekat jendela.


Awan yang saya potret, dengan bentuk yang beraneka macam, posisinya berada di bawah pesawat. Kadang awan ini begitu dekat dengan posisi saya, bahkan bersentuhan langsung dengan jendela. Seperti hamparan kapas atau kasur yang seolah-olah bisa dibuat tiduran di atasnya.

Gak hanya awan. Melihat kota yang dilalui pesawat serupa miniatur, samudera, hutan, sungai, puncak gunung. Mata ini menjadi drone yang merekam sejuta pesona itu dari ketinggian. Semua bisa dilakukan dari balik jendela pesawat.


Tapi ketika cuaca sedang kurang baik. Goncangan hebat di ketinggian bikin semua penumpang panik. Belum lagi pengumuman dari kapten pilot dan awak kabin, yang semakin menambah ketakutan. Di kepala saya saat itu, oh Tuhan! Kematian sungguh sesuatu yang sangat dekat. Bisa terjadi kapan saja. 

Hari itu, Rabu 19 Desember 2018. Tiket di tangan saya tercantum pukul 10.55, sesuai jadwal keberangkatan dari bandara Sultan Hasanuddin di Makassar, menuju bandara Soekarno Hatta di Cengkareng. Karena sudah melakukan cek-in online sebelumnya, saya datang ke Bandara bisa lebih santai. Pukul 09.30, saya tiba di bandara, menuju cek-in counter untuk mencetak boarding pass dan membagasikan travel bag saya. Tiba di sana, baru dapat info kalau penerbangan kami mengalami delay beberapa jam. Staf maskapai di cek-in counter menawarkan kepada saya untuk memajukan penerbangan saya yang direncanakan delay, untuk ikut pada jadwal penerbangan yang lebih awal. Jadwalnya pukul 10.15, menurut info dari staf itu. Setelah memastikan kalau bagasi saya ikut di penerbangan yang sama, saya memutuskan untuk pindah ke penerbangan yang lebih awal, dengan maskapai yang sama. Daripada nunggu pesawat delay, yekan?

Sesaat sebelum take off, pilot dari cockpit pesawat menginfokan bahwa pesawat  yang menerbangkan saya dari Makassar ke Cengkareng ini akan terbang pada kondisi cuaca yang kurang baik. Selama perjalanan akan terjadi beberapa kali turbulensi. Demikian info yang penumpang dengarkan sebelum pesawat tinggal landas. Saya masih berpikiran positif. Paling pesawatnya mengalami goyang dikit aja. Karena malam sebelum berangkat itu saya kurang tidur, jadinya sesaat setelah take off, saya tertidur di pesawat. 


Ya Allah! Betapa kagetnya saya. Terbangun dalam kondisi syok karena merasakan pesawat yang tiba-tiba berguncang. Saya merasa pesawat turun dalam kecepatan sepersekian detik. Terjadi beberapa kali. Kemudian guncangan lagi beberapa kali. Kami seperti terbanting. Teriakan, tangisan, juga doa-doa yang dirapalkan, menjadikan suasana di pesawat saat itu begitu riuh. Saya hanya bisa mengencangkan sabuk pengaman. Bersedekap dan mengucap segala doa keselamatan yang saya hapal. Memohonkan perlindungan dari Yang Maha Memiliki Semesta. Dan Allah Maha Baik. Maha Memberi Perlindungan.

Pesawat berhasil melalui turbulensi itu. Kami mendarat dengan selamat. Meski tentunya menyisakan (sedikit) trauma di kepala para penumpang. Tapi ini tak menyurutkan kecintaan saya untuk membingkai pesona di balik jendela pesawat. Yes! Selalu cinta dengan lukisan Tuhan dari ketinggian. Oiya, manteman kalau naik pesawat senang duduk di dekat jendela juga gak? Apakah ada yang sama dengan saya, yang suka memotret pemandangan dari balik jendela pesawat?

Disclosure:
Semua foto di dalam artikel ini diambil bukan dalam keadaan turbulensi. Turbulensi bisa terjadi kapanpun. Dan kejadian yang saya alami tidak ada hubungannya sama sekali dengan brand maskapai manapun.

7 comments:

  1. Ya Allah mbak... saya bacanya aja sambil deg-degan bangettt. Apalagi kalau ngalami.

    ReplyDelete
  2. Memang kejadian dipesawat ini lebih menegangkan ketimbang bus mbak. Kalau bus gitu kecelakaan atau terguling misalnya... langsung kejadian.

    Nah, kalau pesawat kita akan merasakan momen guncangan, turbulensi, dan lainnya yang bikin cemas.

    Saya pernah naik pesawat, masih terbang sekitar 30 menit diatas bandara tujuan karena hujan deras. Saat itu semua penumpang jelas sangat panik. Tapi Alhamdudulillah, akhirnya kami mendarat dengan selamat

    ReplyDelete
  3. Kalau sudah naik pesawat mah sudah pasrah saja, mau meloloskan diri juga kemungkinan kecil. Kalau sudah turbulensi itu saya sudah berdoa saja lah huhu tapi alhamdulillah masih selamat ya

    ReplyDelete
  4. setiap kejadian selalu ada hikmah. kadang juga untuk menikmati pemandangan alam kita perlu nekat menembus badai. hanya saja pertimbangan keamanan harus tetap diprioritaskan.

    ReplyDelete
  5. Ngeri juga yah kak kalo sudah turubulensi. Saya juga pernah begitu kak, perjalanan dari Makassar ke Batam, itu sabuk oengaman ndk pernah off lampunya. Sepanjang perjalanan komat kamit terus mulutku baca ayat2 alquran. Sampai sekarang itu juga klo naik pesawat ada trauma begitu. :(

    ReplyDelete
  6. Saya pernah mengalami ini saat penerbangan dari Jakarta ke Makassar tahun 2010

    ReplyDelete
  7. deh kak.. ndak enaknya itu kak pas di pesawat ki baru turbulensi ki. bikin dumba-dumba relijiyes..

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung dan berkomentar ke blog ini. Pastikan mengisi kolom nama dan url blog agar saya bisa berkunjung balik ke blog teman-teman semua :)

Oiya, diharapkan tidak mencantumkan link hidup di dalam kolom komentar ya. Jika terdapat link hidup dalam komentarnya, mohon maaf akan saya hapus. Harap maklum.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...