Oct 16, 2022

Efek Selimut Polusi dan Solusi Minimalisir Perubahan Iklim

Kerap berkunjung ke pabrik untuk melakukan pengujian K3, sejak tahun 2015 telah saya lakukan. Ya, kantor tempat saya bekerja memiliki core business di bidang keselamatan dan kesehatan kerja. Pabrik didirikan dengan berbagai dampak positif, khususnya dalam sisi ekonomi. Namun ternyata dampak negatif pendirian pabrik masih saja tak dapat terelakkan.

Timbulnya pencemaran lingkungan salah satu dampaknya. Polusi air dan udara, salah satunya adalah sumbangsih dari limbah pabrik yang belum terkelola dengan baik. Namun bukan hanya gas buang dari pabrik. Selimut polusi yang membua bumi semakin panas, terjadi karena dipicu dari bentuk gas, cair, dan padat tertentu yang terpendam di udara, juga berasal dari aerosol, debu, kebakaran hutan, asap kendaraan bermotor, bahkan asap rokok. Polutan yang menyebar di udara antara lain logam berat, karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), ozon (O3), senyawa organik volatil (VOC), dan sulfur dioksida (SO2). Kabar menyedihkannya, Indonesia termasuk negara yang tingkat polusinya cukup tinggi.

Dulu musim hujan selalu “on time” di bulan bulan tertentu. Biasanya mulai September hingga Desember. Sekarang, cuaca dan peralihan musim semakin tidak menentu. Ini salah satu ciri perubahan iklim yang dampaknya sangat besar terhadap kehidupan masyarakat.

Belum lagi ketika musim hujan, curah hujan yang tinggi juga menjadi salah satu tanda perubahan iklim. Saat atmosfer menghangat, lebih banyak air yang menguap dari tanah, tanaman, danau, dan lautan. Semakin tinggi suhu atmosfer, semakin besar jumlah uap air yang ditahan di atmosfer. Ketika hujan, akan semakin deras juga hujan yang turun dan berpotensi banjir serta longsor di berbagai daerah di Indonesia. 

Idealnya, ketika musim hujan, air hujan meresap ke dalam tanah dengan optimal. Salah satu langkah agar air bisa diserap dengan tanah adalah adanya pepohonan yang rapat dengan area yang luas untuk menyerap air hujan. 

Hutan dapat membantu penyerapan air ke dalam tanah lebih optimal sehingga mampu membantu untuk mencegah banjir. Hutan memiliki daya tampung air yang tinggi dan juga mampu mengatur tata air sehingga air hujan yang jatuh tidak serta merta mengalir ke laut lewat aliran permukaan, tetapi terinfiltrasi ke dalam tanah. 

Saat ini hutan semakin berkurang, karena kebutuhan perumahan, kebutuhan produksi kayu dan kertas, dan lain lain. Hutan yang bisa menyerap air semakin berkurang sehingga saat musim hujan datang, air menjadi kehilangan tempat untuk terserap dengan baik ke dalam tanah. 

Dengan kondisi ini, apa yang bisa kita lakukan sebagai #MudaMudiBumi untuk bisa kita wariskan ke generasi kita selanjutnya? Tentu saja kita tidak bisa membiarkan selimut polusi yang terjadi saat ini kian menebal. Langkah kecil namun konsisten dan masif, diharapkan dapat menurunkan risiko terjadinya perubahan iklim, antara lain.

Menggunakan Kendaraan Umum dan Mengurangi Penggunaan Kendaraan Pribadi

Langkah ini tak hanya berdampak positif pada berkurangnya selimut polusi. Tetapi juga bisa membantu mengurangi tingkat kemacetan. Kedengarannya klise. Namun di negara kita, aturan untuk penggunaan kendaraan pribadi masih belum seketat aturan negara tetangga. Mulai dari uji kelayakan kendaraan yang wajib diperpanjang setiap 5-10 tahun, hingga tagihan pajak dengan angka yang fantastis, memang memicu warga untuk lebih memilih menggunakan kendaraan umum. Apalagi jika fasilitas dan trayek kendaraan umum sudah optimal. Gak ada alasan lagi untuk tidak memanfaatkan fasilitas kendaraan umum.

Reduce, Reuse, Recycle

Metode ini merupakan ajakan untuk menangani dan mengolah limbah padat dengan baik. Kebijakan peniadaan kantong kresek di tempat perbelanjaan, adalah salah satu langkah untuk mengurangi penggunaan plastik diganti dengan tas belanjaan yang bisa digunakan berulang-ulang. Termasuk juga tidak membeli minuman kemasan kecuali bawa tumbler sendiri.

Tak hanya mengurangi dan menggunakan ulang. Tetapi juga mendaur ulang. Memanfaatkan limbah dengan dengan sedikit sentuhan dan polesan, berubah wujud menjadi produk yang bernilai ekonomis.

Hemat Listrik, Air dan Kertas

Pembangkit listrik di Indonesia masih dominan menggunakan batu bara sebagai sumber bahan bakarnya. Prinsip kerjanya adalah memanfaatkan uap hasil pembakaran batu bara untuk menggerakkan turbin uap dan generator listrik. Limbah emisi sebagai hasil samping proses pembakaran batu bara, bisa menambah ketebalan selimut polusi.

Sama halnya dengan listrik, penggunaan air dan kertas pun seharusnya dilakukan dengan efisien sebagai langkah konkret sederhana untuk mengurangi pemanasan global.


Ada banyak lagi langkah sederhana yang bisa dimulai untuk dijadikan rutinitas sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.







2 comments:

Terima kasih telah berkunjung dan berkomentar ke blog ini. Pastikan mengisi kolom nama dan url blog agar saya bisa berkunjung balik ke blog teman-teman semua :)

Oiya, diharapkan tidak mencantumkan link hidup di dalam kolom komentar ya. Jika terdapat link hidup dalam komentarnya, mohon maaf akan saya hapus. Harap maklum.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...